IDENTIFIKASI PENYAKIT JATI (TECTONA GRANDIS) DAN AKASIA (ACACIA AURICULIFORMIS) DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

Bookmark and Share
 



IDENTIFIKASI PENYAKIT  JATI(TECTONA GRANDIS) DAN AKASIA(ACACIAAURICULIFORMIS) DI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH
Diseases Identification in Teak (Tectona grandis) and Acacia (Acacia auriculiformis) in Community Forestof
Wonogiri District, Central Java

Burhan Ismail 1) dan Illa Anggraeni2)
1Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta
2Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Bogor



ABSTRACT

Since the regreening project launched by presidential decree in 1976/1977 and the movement of National Land and Forest Rehabilitation (GNRHL) in 2003, communityforest plantation area is increasing and inclined to be more independent in their plantation management. In Wonogiri district the community forest achieve the total area of 27.433 hectare, spreaded out in 25 subdistricts. Disease on forest plantation is one of factors that causing significant failure risk and has to be tackled seriously. It is impossible to produce health forest by ignoringdisease problem. The study objective is to identify plant disease (particularly on Teak and Acacia)in community forest of Wonogiri district, Central Java. The process is a preliminary study to determine further strategyin disease management. The study result showed that the teak plants were attackedby bacteria of Pseudomonas tectonae (Ralstonia solanacearum). While the Acacia were attacked by fungi of Meliolasp., Atelocauda digitata and Oidium sp., the three fungi attacked Acacia are obligateparasitic.

Key words: Community Forest, Disease Identification, Teak disease, Acacia disease.


ABSTRAK

Sejak adanya ”Proyek Inpres Penghijauan” tahun 1976/1977 dan program ”Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan” (GNRHL/Gerhan) pada tahun 2003, kegiatan penanaman hutan rakyat semakinmarak dan sampai saat ini berkembang menjadi hutan swadaya. Di Kabupaten Wonogiri luas hutan rakyat pada tahun2005 mencapai 27.433 hektar yang tersebar di 25 kecamatan. Pada setiap pengusahaan hutan rakyat ada resiko terjadi serangan penyakit. Masalah penyakit pada hutan rakyat sementara ini informasinya masihrelatif sedikit, padahal masalahpenyakit dalam sektor kehutananperlu mendapat perhatian yang lebih serius, karena tidak akan mungkin diperolehsuatu tegakan atau tanamanhutan yang sehat apabilamasalah penyakit diabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi  penyakittanaman (khususnya jatidan akasia) pada hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Proses identifikasi penyakit ini merupakan langkah  pertamayang dilakukan untuk nantinya mengambil tindakan dalam pengendalian penyakit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa tanaman jati terserang oleh penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas tectonae (Ralstonia solanacearum). Acaciaauriculiformis terserang penyakit embun jelaga disebabkan oleh fungi Meliola sp., penyakit karat daun disebabkan oleh fungi Atelocauda digitata  dan penyakit embun tepung disebabkan oleh Oidium sp. Ketigafungi yang menyerang A. Auriculiformis bersifat parasit obligat.


Kata kunci : Hutan rakyat,Identifikasi penyakit, Penyakit jati, Penyakitakasia


I.                   PENDAHULUAN


Pembangunan hutan rakyat merupakan program nasional yang sangat strategis, baik ditinjau dari kepentingan nasional maupun dari segi pandanganglobal, meliputi aspek ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Perkembangan hutan rakyat saat ini cukuppesat terutama setelah pasar kayu semakin baik dan didukung oleh minat petani untuk menanam jeniskayu-kayuan sangat tinggi, sehingga terlihat adanya sentra-sentra budidaya tanaman hutan rakyat yang telahberkembang baik di Jawa maupun di luar Jawa (Mindawati dkk., 2006).




Salah satu kabupatenyang sudah sejak lama mengembangkan hutan rakyatyaitu Kabupaten Wonogiri. Di Wonogiri hutanrakyat diperkenalkan sejak adanya program ”Karang Kitri” atau proyek rencana kesejahteraan istimewa sekitartahun 1960-an (Anonim, 1995 dalamDonie, 1996). Usaha ini bertujuan untuk menghijaukan pekarangan, talun, lahan-lahan  rakyatyang  gundul, juga untuk konservasi tanah dan air serta  perbaikan lingkungan. Selain itu diarahkan untukmencapai sasaran peningkatan sosial ekonomiatau kesejahteraan masyarakat di pedesaan dan kebutuhan bahan baku kayu. Sejak adanya ”Proyek Inpres Penghijauan” tahun 1976/1977 dan program ”Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan” (GNRHL/Gerhan) pada tahun 2003, kegiatan penanaman hutan rakyat semakin marak dan sampai saat ini berkembang menjadi hutan swadaya. Di Kabupaten Wonogiri luas hutan rakyat pada tahun 2005mencapai 27.433 hektar yang tersebardi 25 kecamatan (DinasLingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Wonogiri, 2005).

Jenis tanamanhutan yang dikembangkan di hutan rakyat KabupatenWonogiri antara lain jati (Tectona grandis L.f.), akasia(Acacia auriculiformis A. Cunn.), pinus(Pinus merkusii Jungh et De Vriese), sengon(ParaserianthesfalcatariaBacker.), mahoni(Swietenia macrophyllaKing.), cendana (Santalum album L.) yangdicampur dengantanaman pertanian/perkebunan seperti jambu mete (Anacardium occidentale L.), ubi kayu (Manihot utilissima Pohl.), kacang tanah (Arachis hipogaea L.) dan jagung(Zea mays L.).Jenis Jati merupakan yang dominandiantara 6 jenis tanamanhutan yang dikembangkan tersebut. (Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanandan PertambanganKabupaten Wonogiri,2005).

Jenispohon yang dikembangkan pada hutan rakyat umumnyasama dengan jenis pohon yang dikembangkan pada hutan tanaman yaitu jenis pohon cepat tumbuh dengan pola tanam monokultur atau tumpangsari dengan tanaman pertanian. Hutan rakyat jugamerupakan suatu ekologi binaan dengan budidaya pohon hutan yang sudah seharusnya menerapkan silvikultur intensif. Sehingga pada setiap pengusahaan hutan rakyat ada resiko penyakit. Masalah penyakit pada hutan rakyatsementara ini informasinya masih relatifsedikit. Masalah penyakit tanaman dalam sektor kehutanan perlu mendapat perhatian yang lebihserius, karena tidak akan mungkin diperoleh suatu tegakan atau tanamanhutan yang sehat apabilamasalah penyakit diabaikan. Atas dasar hal tersebut diatasmaka perlu adanya kajianaspek penyakit di hutan rakyat yang meliputi jenis patogendan ekobiologi patogen, sehingga dapat sebagai pedoman untuk pencegahan dan pengendalian yang tepat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit tanaman(khususnya jati dan akasia) pada hutanrakyat di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.Proses identifikasi penyakitini merupakan langkah awal yang dilakukan untuk nantinya mengambil tindakan dalam pengendalian penyakit.



II.                 BAHAN DAN METODE


A.                Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di hutanrakyat di 5 kecamatan(Batuwarno, Baturetno, Pracimantoro, Giritontro dan Nguntoronadi) yang termasukwilayah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 25 Kecamatan yang terdiri dari 240 desa, dan merupakankabupaten terluas kedua di Jawa Tengah. (Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Wonogiri, 2005). Tanaman hutan yang ada di hutan rakyat KabupatenWonogiri ada 6 jenis akan tetapi baru 2 jenis yaitu jati dan akasia saja yang menjadi obyek pengamatan.

Wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki bentuk topografi mulai dari datar sampai bergunung dengan elevasi terendah 127 m dpl dan tertinggimencapai 1300 m dpl. Kelerengan cukup bervariasi, yaitu 0 8% mencapai 39,4%, 8 -15% mencapai 15,26%, 15 25% mencapai21,6%, 25 45% mencapai11,36% dan lebih dari 45% mencapai 12,27%. Jenistanah meliputi jenis litosol, grumosol, latosol, dan mediteran, dengan batuan vulkanik, batuankapur dan batuan peralihan vulkanik dengan kapur.

B.                Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari media biakan agar kentang atau PDA (potatoes dextrose agar) alkohol 70%, akuades steril, kapas, kertas saring, kertas hisap, kertas tissue, kertas koran, aluminium foil, dan kertas label.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar